BUKAN UNTUK DIBACA
oleh : Namira Assyfa
chapter 1 : ‘berpikir abnormal’
Kata orang, hidup adalah pilihan. Ya, bahkan kau hidup sekarang pun itu adalah pilihan mu. Memang benar, dalam menjalani kehidupan ini, sering kali kita dihadapkan pada beberapa pilihan. Kita tahu bahwa pilihan itu semestanya lebih dari satu. Lucunya, jika memilih, kita hanya diperbolehkan memilih sama dengan satu diantara semesta pilihan. Kalaupun misalnya ketentuannya berlaku memilih dua, tetap saja pada akhirnya kau akan memilih satu pilihan bahwa kau memilih kombinasi kedua hal yang kau pilih.
Ketika kau dihadapkan dengan beberapa pilihan. Kau akan kebingungan, bukan?
Apa yang menyebabkan kebingungan mu itu tidak lain adalah probabilitas dari setiap pilihan yang belum kau pilih. Karena setiap probabilitas akan tetap muncul selama kau belum memilih dan mendapat suatu kepastian. Itu artinya, kita bisa memandang bahwa kehidupan pun penuh dengan probabilitas semu. Sehingga, dapat ku katakan,
“Tidak ada yang pasti di dunia ini”.
Setuju kah? Jika, diasumsikan, kau meyetujui pernyataan ini karena kau pun berpikiran bahwa memang tidak ada yang pasti di dunia ini. Itu berarti, kau sedang sekaligus menentang pernyataan itu pula. Karena ketika kau meyakini pernyataan ini, secara tak sadar kau pun memberikan sesuatu yang pasti di dunia ini. Menarik bukan?
Terdapat dua penyataan yang sama-sama diakui kebenarannya, tetapi ketika digabungkan menimbulkan kontradiksi. Inilah yang dinamakan ‘Paradoks’. Ingat satu hal, bahwa ‘paradoks’ berbeda dengan ‘karedoks’ yang membuat kalian lapar —abaikan— . Sebuah paradoks mampu membuat kita meragukan segala hal.
Kau pasti mengenal waktu. Waktu merupakan salah satu dari empat cabang pengukuran yang lazim diketahui di bidang Fisika (yakni : panjang, lebar, tinggi dan waktu). Kita pasti sudah menguasai tiga macam pengukuran panjang, lebar, dan tinggi, bahkan kita pun pernah mengalaminya. Tetapi tidak dengan waktu. Kita belum pernah mencoba dan rasa yang namanya waktu. Bila pun iya, pasti kau akan berkeinginan untuk memutar balik waktu dan pergi ke masa lalu. Tidak lain dengan bertujuan memperbaiki semuanya.
Namun, yakin kah masa depan mu akan lebih baik ketika kau melintasi waktu, pergi ke masa lalu, dan memperbaikinya? Yakin kah dengan mengutak-atik peristiwa yang terjadi, semua akan lebih baik? Sepertinya tidak sesederhana itu.
Bagaimana jika waktu mengandung sebuah paradoks?
Sebut saja ada sebuah kasus. Andi sekarang berada di tahun 2016. Dia pergi ke tahun 1990 saat Ibunya masih muda, untuk mengubah takdirnya. Tetapi bagaimana jika tanpa sengaja Andi membunuh Ibunya? Apa yang akan terjadi? Jika Ibunya meninggal, dalam kenyataannya, Andi tidak pernah dilahirkan ke dunia. Dan jika Andi tidak dilahirkan ke dunia, berarti peristiwa terbunuhnya Ibu tidak akan pernah terjadi. Bagaimana pula jika Andi tidak membunuh Ibunya? Berarti Ibunya akan tetap hidup dan melahirkan Andi ke dunia. Begitu seterusnya.
Di situlah terdapat sesuatu yang dinamakan ‘Paradoks Waktu’. Letak paradoks nya berada ketika Andi membunuh Ibunya, maka Andi tidak akan lahir ke dunia. Otomatis peristiwa pembunuhan itu tidak akan pernah terjadi, dan ibunya masih hidup. Lantas, waktu pun mempunyai paradoks. Andi dan Ibunya akan tertelan oleh waktu.
Kasus lainnya. Seorang ilmuan sebut saja Profesor Z dari tahun 2017. Dia pergi ke tahun 2070 untuk mengambil rumus XXX. Lalu Profesor Z membawa pulang rumus XXX tersebut, untuk dipelajari di tahun 2017. Setelah itu, dia mengajarkan rumus itu pada muridnya yang bernama Ashima. Ashima pun mempelajari rumus XXX itu hingga ia dewasa. Pada tahun 2070, Ashima menjadi Profesor dari rumus XXX. Dan dia selalu diminta untuk mengajari rumus XXX tersebut. Tiba-tiba, ia menemui seorang ilmuan dari tahun 2017 untuk belajar rumus XXX itu pada Ashima. Ternyata ilmuan tersebut adalah Profesor Z (guru Ashima itu sendiri). Lantas dari mana asal rumus tersebut?
Terdapat paradoks dalam kasus ini. Seorang ilmuan mengajari rumus XXX pada muridnya, rumus itu didapatkan dari muridnya sendiri di tahun 2070 setelah dia mengajarinya.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Ketika kau melintasi waktu, lalu mengutak-atik peristiwa yang terjadi, ingat bahwa waktu akan terus berjalan. Sehingga, waktu akan menjalani dan mengulang segala peristiwa sesuai dengan yang telah direncanakan.
Kasus terakhir. Percayalah kau sedang mengalami sebuah paradoks. Tak bisa dipungkiri ini adalah sebuah bacaan. Tapi bagaimana jika ku beri judul “Bukan untuk Dibaca”? Lantas, mengapa kau membacanya sejauh ini?
Bingung kah? Berarti pikiran mu normal.
Tetapi, apa salahnya berpikir abnormal? Jika dengan begitu, tak ada yang membuatmu kebingungan.
Posting Komentar